Accountancy is My Life


Advertisement Corner

Hosting Murah


Uji Kompetensi bagi Calon Legislatif ??

Diposting oleh Dwi Wahyudi | | | 6 komentar »

Tulisan ini terinspirasi dari fenomena yang belakangan ini melanda Indonesia yaitu maraknya orang-orang mengajukan diri untuk menjadi caleg. Terkadang dalam hati saya berpikir sebenarnya apa sih yang mereka (caleg-caleg tersebut) harapkan dengan menjadi caleg, apakah benar-benar ingin menjadi wakil rakyat yang menyalurkan aspirasi rakyat atau hanya semata-mata ingin memperoleh berbagai macam fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh negara untuk memanjakan para wakil-wakil rakyat ini dalam menjalankan semua operasionalnya..

Pastinya hal yang sama juga dirasakan sebagian besar rakyat Indonesia yang saat ini tentunya akan merasa sangat "bingung" untuk memilih karena jumlah caleg-caleg yang ada mencapai ratusan orang. Banyaknya poster-poster mereka yang terpampang di pinggir-pinggir jalan terkesan membuat semak pemandangan pastinya akan membuat mata ini malas untuk memandangnya. Belum lagi isi spanduknya yang inilah, itulah, sinilah, situlah, de el el yang intinya satu aja, semuanya mengobral janji yang kita sendiri ngga tahu kapan janji tersebut terealisasi seandainya mereka terpilih.

Yang lebih mengherankan lagi, ketika kita melihat poster-poster tersebut pasti kita akan berkomentar : "Eh, itukan temen SMP aku" atau "Masa sih orang kayak gitu bisa jadi caleg?". Ok lah jika caleg tersebut kita tahu sepak terjangnya di dunia organisasi, suatu hal yang wajar jika pada akhirnya mereka mencalonkan diri. Nah, sekarang yang menjadi masalah adalah ada beberapa diantara mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman di organisasi dan tidak memiliki latar belakang yang mumpuni untuk mendukung mereka maju menjadi caleg.

Saya ambil contoh saja dari daerah saya dimana ada beberapa caleg yang saya ragukan kredibilitasnya karena saya mengetahui latar belakang mereka adalah seorang Sales Promotion Girl (SPG) dan satunya lagi adalah seorang konsumen salah satu perusahaan leasing yang memiliki karakter kurang baik karena selalu telat membayar angsuran. Apakah orang-orang seperti itu bisa mewakili kita untuk menyalurkan aspirasi rakyat di dewan sana? Allahu'alam....

Beberapa hari lalu saya juga ada menonton acara Talkshow di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia dimana pada saat itu dihadirkan 3 caleg dari 3 partai besar Indonesia. Kebetulan ketiga caleg tersebut merupakan artis-artis yang tentunya kita mengenal mereka karena mereka sering nongol di media televisi. Nah, pada saat salah satu profil dari caleg tersebut ditampilkan terdapat keterangan pengalaman berorganisasinya hanya berisikan tanda strip alias kosong. Waduhhh....kok bisa yach orang yang ngga pernah memiliki pengalaman berorganisasi sama sekali menjadi caleg. Yang saya tahu sih, dengan berorganisasi secara tidak langsung akan melatih kita untuk bisa berkomunikasi dan menghadapi permasalahan yang dihadapi dengan logika karena saya juga pernah merasakan untuk berorganisasi.

Intinya kesemuanya itu merupakan bentuk dari sistem pemerintahan Indonesia saat ini yaitu "Demokrasi Kebablasan" dan alangkah baiknya jika untuk menyaring caleg-caleg tersebut diperlukan uji kompetensi yang bisa menentukan apakah mereka cocok untuk menjadi wakil rakyat apa tidak. Masa hanya calon-calon pejabat saja yang harus melewati proses Fit and Proper Test sedangkan caleg-caleg tidak, padahal mereka kan nantinya akan menduduki "kursi panas" yang otomatis akan memberikan mereka suatu jabatan.

Aduh...pusing juga ngomongin masalah ini. Bagi temen-temen yang ingin berkomentar mengenai fenomena ini, silahkan komentar disini deh. Siapa tahu aja dengan adanya komentar dari temen-temen bisa kita tarik "benang merah" yang bisa memberikan satu kesimpulan utama terjadinya fenomena ini. Terima kasih...

Bookmark and Share

6 komentar

  1. Anonim // 25 Februari 2009 pukul 08.07  

    caleg?
    duch, pusing dech jadinya...
    banyak skrg caleg2 yang ga jelas visi misinya...

    Emang bener tuh kalo caleg sekarang tuh haRus melali uji kompetensi dl...
    jd ketahuan dech mana caleg yg bener2 beRkompeten dan mn yg cuma ingin untung ja...

    gitu cih menurut nita..
    nita coalnya ga begitu suka politik...
    ^_^

  2. Dwi Wahyudi // 25 Februari 2009 pukul 09.40  

    Iya mbak, saya juga sebenarnya ngga suka dengan politik. Tapi terkadang jengah juga melihat fenomena yang sedang terjadi saat ini. Btw, thanks buat commentnya yach...

  3. Anonim // 25 Februari 2009 pukul 09.58  

    lha wong partai yang ikutan juga banyak (sorry gak hapal) jadi untuk ngisi posisi caleg yaa asal saja, asal berani keluar duit maksudnya :)
    salut buat mk yg hapus no urut, jadi suara terbanyak. Bisa bikin industri sablon kebanjiran order :)
    tapi kalo' soal kualitas caleg sich sangat meragukan,lihat saja berapa produk UU yg dibatalkan MK, karena bertentangan dg UUD. lha wong UUD saja gak ngerti gimana mau mensejahterakan rakyat :(

  4. Dwi Wahyudi // 25 Februari 2009 pukul 10.56  

    Iya mbak, bener banget tuh. UUD kan artinya Ujung Ujungnya Duit. Bener kan....

  5. tammi prasetyo // 25 Februari 2009 pukul 15.09  

    untuk saat ini pencalon legislatif memang masih ditunjuk oleh partai sih, walaupun nantinya ditentukan oleh suara terbanyak.

    sayangnya, yang ada sekarang para caleg yang mencalonkan diri itu enggak ada yang 'niat' berkampanye dan mensosialisasikan visi-misi dia sebagai wakil rakyat nantinya.
    Padahal hal kaya gitu penting banget sebagai dasar kita untuk memilih caleg tersebut, kalau kita milih asal-asalan pun (karena enggak jelas siapa aja orang-orang itu) masa mau sih anggota legislatif nantinya diisi sama orang yang asal-asalan juga?

    dan yang salah sekarang adalah motivasi orang-orang menjadi caleg karena fasilitas anggota legislatif yang 'wah' tersebut. motivasi awalnya sudah salah. yah, orang indonesia sih, money oriented.

    jadi gue setuju kalo mereka emang harus ada fit & proper test. Menteri aja ada. Presiden aja katanya nanti mau di test IQ segala. Masa anggota legislatif enggak?!

  6. Dian prawira // 26 Februari 2009 pukul 02.22  

    menurut saya, banyak caleg sekarang yang sebagai mata pencaharian. anda ingat bahwa test PNS waktunya agak berdekatan dengan pendaftaran caleg. nah jadi yang tidak lulus PNS mungkin mereka juga ikutan. walaupun tidak bisa dipungkiri, ada beberapa yang memang memperjuangkan aspirasi rakyat.
    Saya adalah salah seorang yang ikut membuat atribut kampenye seperti baliho dan kartu nama. (beberapa waktu yang lalu). Saya gak main stiker karena susah hilangnya.
    Ada dari mereka yang bahkan untuk teknologi saja gak melek. Ada juga yang mungkin jika anda keliling pontianak ada baliho dari salah satu partai dengan pede nya mencantumkan 2 orang caleg yang ternyata mereka berdua adalah ayah dan bapak (bisa anda lihat dengan nama belakang yang mencantumkan marga yang sama). Bisa anda kaitkan dengan lagu iwan fals "wakil rakyat kumpulan orang hebat, bukan kumpulan teman2 dekt, apalagi SANAK FAMILI". Nah ,anda melihat baliho di tepi-tepi jalan saja mungkin sudah merasa jengah. Apalagi saya yang melihatnya lewat layar monitor sehari-hari.(Walau sekarang udah nggak). itu aja komen dari saya yah udah malem.. hee

Posting Komentar

Send Message

Your Location

Powered by IP Address Locator